1.
Pola Pemberian ASI
Hubungan pola pemberian ASI dengan kejadian Gizi
Buruk ditunjukan oleh table dibawah ini
Variable
|
Kasus
|
Kontrol
|
Total
|
p value
|
OR
|
95 % CI
|
|||
n=30
|
%
|
n=30
|
%
|
n=60
|
%
|
||||
Melakukan IMD
|
|
||||||||
Tidak
|
27
|
90
|
23
|
76,7
|
50
|
83,3
|
0,166
|
2,74
|
0,63-11,82
|
Ya
|
3
|
10
|
7
|
23,3
|
10
|
16,7
|
|||
Frekuensi menyusui
|
|
||||||||
Kurang (<8x/hr)
|
16
|
53,3
|
7
|
23,3
|
23
|
38,3
|
0,017
|
3,75
|
1,24-11,38
|
Cukup (>8x/hr)
|
14
|
46,7
|
23
|
76,7
|
37
|
61,7
|
|||
Lama menyusui
|
|
||||||||
Kurang
(<10menit/menyusui)
|
17
|
56,7
|
9
|
30
|
26
|
43,3
|
0,037
|
3,05
|
1,05-8,83
|
Cukup
(>10menit/menyusui)
|
13
|
43,3
|
21
|
70
|
34
|
56,7
|
|||
Pemberian ASI eksklusif
|
|
||||||||
Tidak
|
23
|
76,7
|
17
|
56,7
|
50
|
83,3
|
0,10
|
2,51
|
0,82-7,64
|
Ya
|
7
|
23,3
|
13
|
43,3
|
10
|
16,7
|
Berdasarkan hasil table
diatas Hubungan Hasil tersebut
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara
pola pemberian ASI berdasarkan riwayat IMD dengan
kejadian gizi buruk dan ia bukan merupakan
faktor risiko.Ini berarti, balita yang melaksanakan
dan yang tidak melaksanakan IMD memiliki peluang yang sama untuk menderita gizi
buruk. Namun IMD dapat mencegah terjadinya hipotermia pada anak, meningkatkan
daya tahan tubuh anak, dan dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI
Eksklusif.
Hasil
analisis juga menunjukkan ada hubungan antara frekuensi menyusui sehari dengan
kejadian gizi buruk. Ini berarti, balita yang mendapatkan ASI dengan frekuensi
kurang (<8 kali/hari) berisiko menderita gizi buruk sebesar 3,75 kali lebih
besar dibandingkan balita yang mendapatkan dengan frekuensi cukup (≥8 kali/hari. Bayi yang mendapatkan ASI dengan frekuensi yang tepat dan
tanpa makanan/minuman tambahan akan memperoleh semua kelebihan ASI serta
terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga dia akan lebih sehat, lebih
tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi, dan lebih jarang sakit.
Hasilnya, bayi akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal di
masa-masa mendatang.
Lama
menyusui dalam sehari juga berhubungan dengan kejadian gizi buruk. Ini berarti,
balita yang mendapatkan ASI dengan lama pemberian rata-rata <10 menit tiap 1
kali disusui memiliki risiko menderita gizi buruk sebesar 3,75 kali lebih besar
dibandingkan dengan balita yang disusui selama ≥10 menit tiap 1
kali. Bayi yang
disusui dalam waktu yang lebih lama, akan memperoleh semua kandungan zat gizi
ASI. Jika pada masa tersebut bayi memperoleh asupan gizi yang sesuai, maka
pertumbuhan dan perkembangannya akan optimal.
Hasil
analisis juga menunjukkan status pemberian ASI Eksklusif tidak berhubungan
dengan kejadian gizi buruk. Artinya, balita yang mendapatkan dan yang tidak
mendapatkan ASI Eksklusif memiliki peluang yang sama untuk menderita gizi
buruk. Tidak adanya hubungan pada kedua variable tersebut bisa jadi disebabkan
oleh multifaktor, di saat anak sudah berusia >6 bulan. Antara lain, kurangnya
kemampuan ibu dalam merawat bayinya, sanitasi lingkungan yang tidak sehat, frekuensi,
serta durasi pemberian ASI yang tidak sesuai..
untuk mendapatkan file lengkapnya silahkan download disini
2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar