you will when you believe {}



Jumat, 03 Januari 2014

HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DAN MP ASI DENGAN GIZI BURUK PADA ANAK 6-24 BULAN DI KELURAHAN PANNAMPU MAKASSAR


1.      Pola Pemberian ASI
Hubungan pola pemberian ASI dengan kejadian Gizi Buruk ditunjukan oleh table dibawah ini

Variable
Kasus
Kontrol
Total
p value
OR
95 % CI
n=30
%
n=30
%
n=60
%
Melakukan IMD

Tidak
27
90
23
76,7
50
83,3
0,166
2,74
0,63-11,82
Ya
3
10
7
23,3
10
16,7
Frekuensi menyusui

Kurang (<8x/hr)
16
53,3
7
23,3
23
38,3
0,017
3,75
1,24-11,38
Cukup (>8x/hr)
14
46,7
23
76,7
37
61,7
Lama menyusui

Kurang (<10menit/menyusui)
17
56,7
9
30
26
43,3
0,037
3,05
1,05-8,83
Cukup (>10menit/menyusui)
13
43,3
21
70
34
56,7
Pemberian ASI eksklusif

Tidak
23
76,7
17
56,7
50
83,3
0,10
2,51
0,82-7,64
Ya
7
23,3
13
43,3
10
16,7


Berdasarkan hasil table diatas Hubungan Hasil tersebut menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola pemberian ASI berdasarkan riwayat IMD dengan kejadian gizi buruk dan ia bukan merupakan faktor risiko.Ini berarti, balita yang melaksanakan dan yang tidak melaksanakan IMD memiliki peluang yang sama untuk menderita gizi buruk. Namun IMD dapat mencegah terjadinya hipotermia pada anak, meningkatkan daya tahan tubuh anak, dan dapat meningkatkan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif.
Hasil analisis juga menunjukkan ada hubungan antara frekuensi menyusui sehari dengan kejadian gizi buruk. Ini berarti, balita yang mendapatkan ASI dengan frekuensi kurang (<8 kali/hari) berisiko menderita gizi buruk sebesar 3,75 kali lebih besar dibandingkan balita yang mendapatkan dengan frekuensi cukup (≥8 kali/hari. Bayi yang mendapatkan ASI dengan frekuensi yang tepat dan tanpa makanan/minuman tambahan akan memperoleh semua kelebihan ASI serta terpenuhi kebutuhan gizinya secara maksimal sehingga dia akan lebih sehat, lebih tahan terhadap infeksi, tidak mudah terkena alergi, dan lebih jarang sakit. Hasilnya, bayi akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang optimal di masa-masa mendatang.
Lama menyusui dalam sehari juga berhubungan dengan kejadian gizi buruk. Ini berarti, balita yang mendapatkan ASI dengan lama pemberian rata-rata <10 menit tiap 1 kali disusui memiliki risiko menderita gizi buruk sebesar 3,75 kali lebih besar dibandingkan dengan balita yang disusui selama ≥10 menit tiap 1 kali. Bayi yang disusui dalam waktu yang lebih lama, akan memperoleh semua kandungan zat gizi ASI. Jika pada masa tersebut bayi memperoleh asupan gizi yang sesuai, maka pertumbuhan dan perkembangannya akan optimal.
Hasil analisis juga menunjukkan status pemberian ASI Eksklusif tidak berhubungan dengan kejadian gizi buruk. Artinya, balita yang mendapatkan dan yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif memiliki peluang yang sama untuk menderita gizi buruk. Tidak adanya hubungan pada kedua variable tersebut bisa jadi disebabkan oleh multifaktor, di saat anak sudah berusia >6 bulan. Antara lain, kurangnya kemampuan ibu dalam merawat bayinya, sanitasi lingkungan yang tidak sehat, frekuensi, serta durasi pemberian ASI yang tidak sesuai..
 untuk mendapatkan file lengkapnya silahkan download disini
2.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar