cerpen udah lama dan agak alay -,- tapi semoga bisa diterima bagi
yang baca (jgn lupa kritik sarannya). nge-post cerpen ini ga ada maksud
lain cuma beranikan diri menampilkan karya sendiri :D
LOVE in BROMO
Aku menyayangimu dulu, kemarin dan sampai detik ini. Tapi sepertinya
ini tidak bisa dilanjutkan, karna aku tahu semuanya hanya sia-sia. Cinta
diam-diam ini biarlah kusimpan sendiri. Kamu orang yang pernah kuukir namanya
di hati, nama yang selalu aku titipkan dalam setiap lantunan doaku. Kamu Langit
yang tak pernah bisa ku gapai, kamu ……
“Senjaaaaaaaa…….”
Suara lantang milik bian sahabatku, cukup mengusik konsentrasiku pada boci diary kesayanganku
“apa sih,
kaget tahu” balasku jutek
“sen………………….”
Ucapnya dengan perlahan
“apa
Bianca? Dari tadi kamu manggil namaku terus, terlalu baguskah nama itu? hehe”
aku terkekeh melihat ekspresi bian yang innocent itu
“pede
banget! Mata lo merah tuh, udah deh kalau udah ada si boci pasti gue dianggurin
”
Bianca Marisa atau bian, dia sahabat
baikku tepatnya kami bersahabat sejakpertama masuk SMU Sejahtera, persahabatan antara aku dan bian bisa dibilang baru seumur
jagung, tapi aku sangat nyaman berteman baik dengan nya. Dia sosok yang baik,
periang, pengerian dan blak-blakan. Dan
bian itu, sstt dia naksir abangku Fajar. Tanpa sungkan bian pernah menyatakan
rasa sukanya, tapi bukan berarti nembak loh, dia hanya ingin jujur dengan
hatinya. Alhasil 1 bulan yang lalu bian dan kak fajar jadian, yah awalnya
memang bian yang secara blak-blakan menyatakan rasa suka. Tapi usut punya usut
kak fajar pun memiliki rasa yang sama, hanya saja ia sedang menunggu waktu yang
tepat saja untuk menyatakan. Yah Bianca memang orang yang beruntung,dia punya
kak fajar sebagai kekasihnya dan tentunya dia punya aku sebagai sahabat dan
calon adik iparnya. hehe
“ih sensi
banget sih lagi berantem yah? Hehe” candaku
“ga usah
ngalingin pembicaraan deh, kebiasaan” ucapnya sinis
“bi…… aku
udah ngambil keputusan. Aku mau berhenti, aku cape pura-pura tegar bi.
Sementara dia ngeharepin orang lain”
“jadi lo
ga mau dengerin saran gue? Senja sayang denger ya, kalau cinta ya bilang aja
cinta masalah dia bales cinta lo itu urusan belakangan. Inget lo ngga boleh
egois sama hati lo sendiri”
“aku ngga
egois, tapi aku Cuma mau mengalah”
“cinta itu
ngga ada yang kalah”
“tapi kamu
itu ngga pernah ngerasain posisi aku kan?
“iya gue
emang ga pernah ada di posisi lo, tapi buat hati lo gue ngerasain banget
sakitnya kayak gimana”
Aku hanya bisa menghela nafas panjang
seraya membereskan semua barang-barang dan bersiap untuk pulang, tak kuhiraukan
perkataan bian karena akan bertambah panjang bila di teruskan.
“yaudah
deh terserah lo, gue tunggu di luar. Kita jadi ke rumah lo kan hari ini?
Aku mengangguk menandakan persetujuan
, kalau sudah begini bian memang selalu mengalah dia tahu sifat keras kepalaku.
Dia memilih membiarkan aku sendiri dripada harus berdebat denganku. Satu hal
yang tidak pernah kompak antara aku dan bian, yaitu CINTA. Sepeninggal bian, aku
menyeka air mata pelan, lalu kembali membereskan barang dan beranjak dari kelas
menuju gerbang sekolah. Namun saat melewati koridor tak sengaja aku berpapasan
dengan Elang
“hei sen,
sendiri aja. Bian mana?”
“eh el,
iya tadi bian udah duluan ke depan” jawabku sedikit gugup
“mmhh lo
ada acara hari ini? Gue Cuma mau ngajak rapat rutin aja sih buat ivent minggu
depan”
“iya el
aku hari ini ada janji sama bian. Jadi ga bisa ikut, tapi aku udah ijin kok”
“oh yaudah
deh tapi minggu depan lo ikut kan?”
“sejak
kapan aku absen muncak sama anak-anak? Aku tersenyum simpul padanya
“hehe, oke
deh kalau gitu. Sampe ketemu minggu depan. Gue duluan yah, si bian dari tadi
melototin kita terus tuh” ucapnya sambil berlalu
Aku tersenyum sesaat dan membalikan
badan menuju tempat dimana bian berdiri dengan tatapan mautnya. Tapi saat
langkah ini baru beberapa meter
“hei
tunggu!” aku tersentak, itu kan suara elang,’ ada apa lagi?’batinku lalu
sentakan yang kedua terjadi amat keras saat aku menoleh. Elang tidak
memanggilku, ia memanggil Salsa adik kelas yang juga mengikuti ekskul yang sama
denganku dan elang. Lebih tepatnya salsa adalah orang yang diincar elang.aku
hanya tersenyum kecut lalu kembali membalikan badanmenuju tujuan awal
“harusnya
tadi lo ngga nengok” sapaan bian saat aku sampai di hadapannya. Aku tak
menjawab, hanya diam dan mengatkan bahu seolah tak peduli
Kalian pasti bertanya-tanya siapa
elang? Dia salah satu teman dekat, kita sama-sama aktif di klub
KOMPASS(Komunitas Pecinta alam SMA Sejahtera). Sebenarnya sejak SMP aku sudah
mengenal dia, tapi baru di bangku SMA dan klub kita bisa kenal dan dekat satu
sama lain sebagai teman. Dan salsa adik kelas kami, ia memang terkenal dekat
dengan elang dapat banyak yang menyangka mereka berpacaran. Mungkin dalam hal
ini aku yang paling tahu, karena secara khusus tentang masalah ini elang selalu
curhat padaku. Menurutnya aku orang yang enak diajak bicara, wlaupun dari luar
aku terlihat pendiam. Aku cukup senang dia bisa mempercayaiku sebagai teman
curhatnya. Ya, aku cukup bahagia karena itu. Oya satu hal lagi, dia memiliki
nama lengkap elang langit Abimanyu, iya dia adalah langit………
***
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba,
hari sabtu sore dimana rencana pendakian ke gunung Bromo akan dimulai. Aku
bersiap-siap dengan mengecek semua keperluan yang akan dibawa, bian dan kak
fajar ikut mengantar ke basecamp klub KOMPAS. Dari kejauhan aku melihat elang,
dia sibuk memindahkan barang-barang yang akan dibawa ke dalam bus. Elang tak
sendiri, ada salsa di sampingnya. Aku segera menolehkan pandangan ke tempat
lain, yang ku temukan adalah tatapan tajam bian lalu aku membalasnya dengan
senyum singkat. Perjalanan akan segera di mulai, aku segera berkemas dan
berpamitan dengan bian dan kak fajar. Tapi ada yang aneh terlihat dari raut
muka kak fajar, entahlah aku tidak bisa mengartikan itu.
Perjalan pun dimulai aku
mengehempaskan tubuh di kursi tengah dari bus yang kami sewa untuk mengantarkan
perjalanan kami dari Surabaya menuju Malang. Aku sengaja mengambil bangku di pinngir
jendela paling tidak aku bisa mengalihkan pandangan dari bangku paling depan
yang ditempati elang dan salsa. Sementara aku satu tempat dengan Mira, baru
saja aku menikmati pemandangan luar,sebuah
suara yang sudh taka sing lagi menhentikan lamunanku
“ehm, mir
bisa ga kita tukeran tempat dulu? Ada yang mau gue omongin sama senja” ucapnya
pada mira yang hamper terlelap tidur
“duh,
ganggu banget si, bar aja gue mau tidur” mira membalas dengan nada ketus
“ya sori
tapi seriusan gue ada perlu dan ini penting banget, Cuma 10 menit kok janji” elang
berusaha memohon sambil mengankat dua jarinya. Dalam hati aku tersenyum kadang
elang terlihat jutek, cuek. Kadang juga terlihat lucu dan konyol seperti saat
ini.
“gue
pastiin deh tidur di bagku depan lebih enak dibanding disini, lo ga liat apa di
belakang lo tuh serigala semua asli deh lo bakal terganggu sama suara dengkuran
mereka” lagi-lagi eang berusaha meyakinkan mira dengan ekspresi yang kali
ini membuat senyumku benar-benar mengembang
“iya, iya
gue pindah tapi awas lo yah Cuma 10menit. Soalnya gue udah pewe disini, peduli
amat mau ada serigala atau gorilla juga”
“oke
santai, thanks mir “ ucap elang dengan cengiran khasnya
“gue ke
depan dulu ya sen “ mira berkata sambil berlalu menuju bangku
depan
“oh oke.
Sorry ya mir” aku membalas ucapan mira yang berlalu begitu saja dan tanpa
basa-basi elang kini duduk di sebelahku
“hah
akhirnya gue dapetin juga hehe”
“dapetin
apa? Lain kali kalau mau tukeran tempat duduk liat situasi dulu. Kamu sih, mira
lagi tidur tiba-tiba disuruh pindah gitu aja.Siapa yang engga kesel coba, pasti dongkol banget tuh hatinya mira”
“ternyata
lo cerewet juga ya sen, gue kira elo orang yang pendiem akut”
Reflex aku memandang ke arah elang
yang tengah memandangku, ups tak sengaja kami berpandangan hanay beberapa detik
lalu
“oya?
Orang pendiem bukan berarti ga boleh ngomong panjang lebar kan” ujarku
terbata sambil mengalihkan pandangan keluar jendela. Ya tuhan bantu aku,
rasanya jantung ini berdetak terlalu kencang. Semoga elang tidak mendengar
bunyi detakan ini. Aku salah tingkah seketika elang memandangku tadi ditambah
omelanku tadi yang benar-benar di luar dugaan mengalir begitu saja dari
mulutku.
“yaudah
lupain aja, yang penting sekarang aku udah berhasil disini bukan” ujarnya kembali
tersenyum
“I..iya..hmm
tadi katanya ada yang mau diomongn penting, ada apa?” aku
membalas senyuman sambil dengan sekuat tenaga menahan gejolak yang tak
terkendali ini
“gue punya
ini” elang berkata sambil mengeluarkan seuntai kalung perak yang
cantik dengan liontin huruf ‘S’. sejenak aku terpaku memandangi kalung itu,
hatiku makin bergemuruh seraya bertanya dalam hati ‘akankah elang memberikan
kalung inisial S itu untukku tapi ada anginapa elang memberikan kalung itu
untuk aku?’
“eh kok
bengong sih, gimana bagus ngga? Kalo elo suka ngga?” tanyanya
lagi
“bagus
kok, aku suka lang”
“kalo lo
suka pasti salsa juga suka, hah aku bingung pilih kado buat cewe seleranya itu
kan beda-beda”
“salsa?” aku
bertanya bingung
“oh iya
lupa! Besok salsa ulang tahun sen, dan gue bingung mau kasih kado apa.
Rencananya minggu kemarin selesai rapat aku mau minta temenin beli kado, tapi
kamu malah ga bisa. Jadi terpaksa aku beli sendiri, meskipun agak ragu-ragu
sih”
Aku terpaku mendengar ucapan elang.
Tiba-tiba saja aku merasa hancur seketika, terlalu naïfkah aku menyangka elang
akan memberikan kalung itu untukku.
Andai saja tadi aku tidak membiarkan elang duduk disini dan menolak ajakan
elang untuk berbicara dalam waktu 10menit yang menyakitkan ini. Seolah
mendukung suasana hatiku, dvd player yang sejak tadi menyala dan mengkidungkan lagu-lagu band ternama kini
memutar sebuah lagu dari band Samson yang berjudul ‘LULUH’. Sungguh terlalu mendramatisir suasana
tapi ini nyata terjadi padaku saat ini. Sekuat hati aku menahan bulir air mata
yang hampir jatuh, setelah merasa kuat aku mendongakan kepala menatap orang
yang kini tengah tersenyum manis untuk mendengarkan jawabanku.
“bagus
kok, kalung yang cantik untuk orang secantik salsa” jawabku sambil
tersenyum, senyum yang amat dipaksakan, entah elang merasakannya atau tidak
karena aku tidak peduli lagi yang kuharap semoga elang bisa cepat-cepat berlalu
dari sini
“thank’s,
kamu benar kalung cantik ini cocok untuk seorang salsa yang cantik” elang
membalas dengan tersenyum sambil menggenggam erat kalung berinisial S itu
Aku tak mengerti, mengapa hanya
seuntai kalung itu bisa membuat pertahananku runtuh. Aku bersusah payah
membuang rasa ini. Lalu dia datang menunjukan kalung itu,membuat daya khayalku
semakin tinggi bahwa elang pun menyukaiku dan cinta ini akan menemukan
pelabuhannya. Tapi dunia nyata tak seindah mimpi aku harus sadar itu. Kalau aku
bisa memilih, aku tak ingin jatuh cinta jika rasanya seperti ini, menyakitkan
bila cinta hanya bertepuk sebelah tangan. Tapi siapa yang akan sangka? Bahkan
bila ada yang bertanya sejak kapan aku mencintaimu, aku tak bisa menjawabnya
karena urusan hati tidak pernah direncanakan bukan? Kita tidak pernah tahu
kapan dan kepada siapa sesuatu yang dinamakan cinta ini terjadi. Bian selalu
berkata, jodoh memang urusan tuhan. Tapi kalau kita hanya berdiam saja apakah
cinta akan dating dengan sendirinya? Tidak, kita pun harus berusaha untuk
mendapatkan jodoh itu, usaha yang berdasarkan ridhoNya. Tapi menurutku tidak
seperti itu, justru cinta diam-diam ini lebih baik karena dengan begitu kita
memiliki kekuatan untuk menyimpan perasaan, kita perlu memahami apa yang
sebenarnya dirasakan. Karena cinta tidak dating secara tiba-tiba, bisa jadi itu
hanya perasaan sesaat.
Lama kami terdiam, aku berusaha
mencairkan suasana dan mengusir elang secara halus dari hadapanku
“hmm,
kayaknya udah lebih dari 10 menit. Awas jangan sampai mira marah lagi loh”
“mira ga
bakalan marah kalau dia ngga keganggu, justru kalau sekarang aku beranjak dari
sini dan mebangunkannya untuk berpindah tempat lagi apa dia ga bakal terganggu?
Keliatannya dia lagi nyaman tidur lelap disana”
“ya udah
terserah tapi aku ga bakal tanggung jawab ya kalau nati ada apa-apa”
“nyantai
aja, kamu kenapa sih kayaknya ga suka aku disini?” aku
tersentak mendengar pertanyaan elang
“ng..ngga
kok, cumaa…”
“hooaaamm,
ngantuk nih kayaknya lumayan kalau aku tidur sekarang lagian masih setengah
perjalanan lagi. Ga apa-apa kan kalau aku tidur disini?”
“iya ga
apa-apa, asal jangan mendengkur aja yah” aku berusaha mencairkan suasana yang
sepertinya memanas dengan gurauan dan seulas senyum.
Elang hanya membalas dengan senyuman,
lalu perlahan-lahan mata bulat nan jernih itu tertutup. Aku menunggu, menunggu
agar matanya tertutup sempurna, memastikan dia tertidur lelap. Dan suara
dengkuran halusnya, membuatku lega. Dengan perlahan aku membuka ransel kesayangan berwarna orens, dan mengambil
sesuatu yang sedari tadi aku tahan. Aku mengeluarkan si boci, bersiap untuk
menumpahkan semua yang terjadi hari ini padanya. Hanya untuk berbagi lara aku
meluapkannya pada boci atau bian, tapi apa daya bian tak disini hanya boci
satu-satunya. Meskipun ada yang lebih pasti, tapi belum saatnya, aku butuh
keheningan dan ketenangan untuk menumpahkan semua pada penciptaku, pada seorang
yang memberiku cinta dan dengan cintaNYA lah aku terlahir di dunia ini.
Dear
boci, aku ngga tau harus bilang apa. Rasanya mulut ini terkunci, padahal hati
ini bergejolak ingin menumpahkan semuanya. Aku gagal ci, aku gagal dengan misi
yang aku buat sendiri. Kamu ingat kan satu minggu yang lalu aku berjanji pada
diri sendiri untuk menyudahi semuanya. Untuk melupakan langit, melupakan segala
yang terjadi antara aku dengan dia. nyatanya aku ngga bisa, aku malah kembali
terjatuh. Aku ngga pernah ngerti rasa ini, kadang membuat aku melayang tinggi
kadang juga membuat terjatuh begitu dalamnya. Tapi Melihatnya tertidur pulas di
depanku, seketika sakit yang aku rasakan perlahan sirna. Wajahnya begitu damai
seperti malaikat kecil. Tuhan aku memang ingin melupakannya, tapi ijinkan
1menit saja aku memandangi wajahnya. Hanya satu menit . . .
***
“akhirnya
kita sampai guys, bromo I’m commingggggg” teriak rangga sang ketua kegiatan
“ayo sen,
jangan bengong terus, lagi apa sih?”
“ngga,
Cuma nyari sesuatu aja” tergesa-gesa aku merogoh tas ransel mencari sesuatu,
rupanya pendakian akan segera dimulai. Lalu para anggota KOMPASS berkumpul
untuk melaksanakan absensi dan berdoa bersama. Dengan badan lunglai aku pun
ikut berabung dengan yang lain, namun sesuatu itu masih berkecamuk di hati
“Senja
Kirana? Senja kirana ada?” ucap salah seorang anggota
“sst
senja, nama lo dipanggil tuh” mira menyenggol lenganku halus
“eh iya
ka, hadir”
“kamu
sakit? jangan ngelamun. Inget kita akan
melakukan perjalanan jangan sampai nanti terjadi hal yang tidak diinginkan”
“ngga
ka,iya ka saya ngga apa-apa kok” ujarku meyakinkan
Tanpa disadari di pojok sana ada
sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik senja. Sesi absen pun
selesai dilanjutkan dengan doa bersama. Lalu bersamaan dengan terbenamnya
matahari di barat pendakian gunung bromo dimulai, sesaat sebelum perjalanan
senja tersenyum pada langit yang memancarkan keindahan alam dengan semburat warna
orange membentang luas menandakan siang selang berganti malam
“kuat
senja kuat…………” aku terus berdoa dalam hati, tak kuasa rasanya
melihat pemandangan di depanku. Siapa lagi kalau bukan elang dan salsa, kalau
di piker-pikir apa hak aku buat sensi sama mereka. Aku kan memang bukan
siapa-siapa, lalu salsa? Dia sama sekali tidak patut disalahkan. Tak kuasa
rasanya membayangkan saat elang memberikan surprise ulang tahun salsa tengah
malam nanti. Karena memikirkan hal itu
hampir saja aku jatuh, untungnya ada ucup yang berbadan besar. Jadi saat jatuh
dengan sigap dia menopang tubuhku. Thank’s cup, kalo ga ada kamu aku gatau
nasib apa yang bakal menimpaku. Entah siapa yang memulai, semua anggota yang
mengikuti pendakian itu menggoda aku dan ucup.
“cieee
ucup senjaaaa, cinta bersemi di lereng bromo nih, hahaha”
“wah pas
banget lagi si ucup nangkepnya, kalian emang cocok nih”
“wah kak
senja, untung yah ada kak ucup. Kak ucup memang superhero buat kak senja”
Komentar yang paling tidak aku
inginkan keluar dari mulut salsa. Saat menoleh kea rah salsa, tak sengaja
mataku bertemu dengan mata elang. Kami bertatapan sesaat, aku membuang muka
seketika dia tersenyum. Ada perasaan tidak enak yang melanda hati. Benar
sajatak lama elang berseru ikut menggoda
“udah ayo
lanjutin, puncak bromo sudah menanti untuk pernyataan cinta tuh. Hahaha” teriak
elang yang langsung disambut gelak tawa semua orang yang ada disitu. Aku bisa
merasakan semburat merah kini menyelimuti pipi. Bukan, bukan karena malu
terhadap ucup. Tapi lebih kepada ucapan elang barusan. Sebenarnya apa yang
elang maksud, menyindir aku dan ucup atau mebicarakan niatnya sendiri pada
salsa. Entahlah, aku sudah lelah untuk selalu menerka-nerka apa yang akan
terjadi nanti.
Puncak bromo kini sudah di depan mata
jam tanganku menunjukan pukul 04.00 pagi, setelah sempat beristirahat sejenak
kami bersiap untuk melanjutkan perjuangan yang tinggal selangkah lagi. Aku
melirik ke arah elang yang tengah bersenda gurau dengan salsa meskipun keadaan
sekitar masih gelap tapi tampak jelas kilauan dari kalung berinisial ‘S’ yang
dikenakan Salsa. Terbesit akan sesuatu yang terjadi tengah malam tadi disaat
tim memutuskan beristirahat dan keduanya menghilang begitu saja, mungkin status
mereka kini sudah jelas.
“sudah
saatnya kamu benar-benar pergi dari sini” bisikku seraya merapatkan tangan di
dada
“ayo
semuanya bersiap puncak bromo sudah di depan mata tinggal kita genggam dan
menorehkan sejarah di dalamnya. Siap??” teriak rangga sang ketua
“SIAP” teriakan
lantang dari semua anggota semangatnya kini membara karena perjalanan yang
melelahkan kini saatnya meraup kembali kekuatan dengan berdiri tegak di puncak
bromo yang menawarkan sejuta pesona alam
Sesampainya di puncak gunung bromo,
semuanya terdiam takjub akan kekuasaan tuhan melalui ciptaanNya. Jujur aku baru
pertama kali mendaki ke gunung bromo, bahkan yang sudah sering pun tetap tak
bisa mengenyahkan keindahan Sunrise serta hamparan lautan pasir luas dan
pemandangan latar belakang yang indah yakni gunung Semeru, gunung Bromo dan
Gunung Batok. Dari ketinggian 2.392 m di atas permukaan laut, kita bisa melihat
kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap. Sungguh aku hanya bisa terpaku,
segala resah hati dan peluh pun seketika luruh begitu melihat panorama alam di
depanku ini. Sejenak aku memejamkan mata menikmati udara sejuk yang menusuk
tulang, mencoba merilekskan fikiran.
Setelah cukup lama sibuk dengan ketakjuban masing-masing, kami kembali
berkumpul melaksanakan doa bersama bersyukur atas nikmat dan perlindungan yang
telah tuhan berikan. Kami mengumpulkan bahan perbekalan untuk disantap sebagai
pengganjal perut. Pendakian kali ini memang tidak dikhususkan untuk kegiatan
penting, hanya ivent yang diadakan 3 bulan sekali sekedar pelepas penat dalam
kegiatan sekolah dan berlibur bersama di gunung. Karena itu kegiatan
selanjutnya digunakan untuk berbagai aktifitas masing-masing, ada yang berfoto,
ada yang menikmati keindahan panorama gunung bromo , ada yang saling bersenda
gurau. Dan ada pula yang bernyanyi bersama diiringi petikan gitar oleh elang.
Mau tak mau aku yang tengah asik menikmati keindahan dan sesekali menyeruput
secangkir teh hangat tak bisa menepis pandangan dari kelompok yang terakhir.
Tapi secara tak sengaja mataku dan mata elang bertemu, hanya 5detik kami
bertatapan setelah itu aku membuang muka, entah kenapa terasa ada sesuatu yang
tak biasa dari sorot matanya.
“mentari pagi sampaikan padanya aku ingin
melukis sinarmu di hatinya
embun pagi katakaanpadanya biar ku dekap
erat waktu dingin membelenggunya”
senandung lagu rindu dari petikan
gitar yang di susul suara merdu elang membuatku tersentak, lagu itu…lagu itu
kan…
aku tak punya daya untuk menoleh kea
rah elang, tapi ini sangat mengganggu. Lalu akuputuskan untuk beranjak agak dan
pergi dari tempat tadiaku berjalan kea rah tepi, merapatkan kembali jaket yang
ku kenakan. Hawa yang sangat dingin, tapi terasa panas. Terdengar alunan lagu
berhenti dan sesosok pria yang belakangan ini mengganggu keadaan hati berdiri
di sampingku.
“kok
ada disini? Suara aku jelek ya, sampe kamu ngehindar”
“hah
apa??” aku sangat kaget begitu mengetahui elang kini di sampingku
“eh
sory, ngga kok. Bagus lagi, cocok nyanyi lagu itu”
“gak
kalah sama suara Sammy kan? Hehe”
“jauh
kali, hehe”
Lalu kami terdiam, dalam keadaan
seperti ini sangat tidak mengenakan. Tanpa berkata aku beranjak, tapi tangan
itu menggenggam lembut tanganku. Tangan elang?
“tunggu,
doyan banget ngehindar sih?”
“siapa
yang ngehindar, aku haus pengen minum”
“bohong”
“apa?”
aku tak mengerti kenapa elang berubah seperti ini
“minggu
lalu, saat aku mencari sesorang aku bertemu bian. Matanya terlihat tajam ke
arahku. Aku ngga ngerti, tapi dia sempet bilang sesuatu”
DEG! Rasanya jantungku berhenti
seketika saat elang berkata seperti itu, keterkejutan lainnya saat ini elang
berada di hadapanku berkata sangat lembut tanpa kata gue/elo yang biasadia
ucapkan
“maksud
kamu?” aku bertanya hati-hati padanya
“bian
bilang, aku harus ngehindar dari seseorang. Sumpah aku bener-bener ga ngerti
apa yang diomongin bian. Lalu aku mulai nyari dia, pas ketemu ada yang berbeda
tepatnya mata itu yang terlihat basah dan merah. Setelah itu kamu berlalu, dan
aku ketemu salsa. Saat itu aku menceritakan semuanya pada salsa, lalu jawaban
yang aku dapat sangat mencengangkan. Aku masih ngga bisa percaya orang yang
selama ini aku anggap sebagai teman baik ternyata…”
“maaf
lang, maafin aku kalau yang kamu maksud itu aku” aku memotong omongan
elang, tak tahan lagi mendengarkan apa yang akan dia bicarakan
“setiap
hari aku memperhatikan gerak geriknya, sampai pada seminggu berikutnya. Aku
bertemu kak fajar, lalu aku kembali bertanya. Tapi dia hanya menjawab kalau aku
pengen tahu apa yang sebenarnya terjadi cukup aku melihat matanya saat dia
berbicara lihat dan rasakan apa yang dia rasakan melalui bola matanya. Karena
hanya dua hal yang tidak bisa bohong, yaitu mata dan hati” elang meneruskan
perkataannya tanpa menghiraukan sanggahanku
“rasa
penasaran semakin tinggi, hingga akhirnya aku memberanikan diri mendekat dan
berusaha mencari kebenarannya. Aku bercengkerama dengan dia, awalnya yang
kulihat binar mata yang cantik, tapi detik berikutnya mata itu terlihat sendu.
Ada kekecewaan, kesedihan, dan upaya yang sangat kuat agar butir air mata yang
tersembunyi itu tidak menetes. Tapi aku tetap ga bisa mengartikannya. Dia kembali
mengelak dan menghindar, sampai aku berusaha memberi waktu untuknya, aku
sengaja tidur di sampingnya untuk bisa merasakan apa yang tengah ia rasakan.
Sampai akhirnya bus berhenti, lalu dengan tergesa ia keluar mungkin tanpa ia
sadari buku kecil bersampul biru laut itu terjatuh tepat di hadapan aku”
Jadi, diary itu ada di tangan
elang??? Aku terus bertanya dalam hati
“mungkin
aku lancang, tapi kalau aku tidak melakukan hal itu aku ga akan pernah tahu apa
yang dia rasakan. Yang selama ini dipendamnya, karena ia terlalu pintar menutup
rahasia hatinya. Dan…”
“elang
stop, aku ngga mau ngedenger lagi. Kamu keterlaluan karena lancang membuka
diary itu”
“oke
untuk hal ini aku minta maaf.. tapi…”
“udahlah
lupain aja lang, anggap itu ga pernah terjadi. Dan maaf kalau perasaan aku ini
menganggu kamu……dan salsa” tak kuasa lagi menahan air mata ini mengalir begitu
saja
“kamu
emang udah ngengganggu hubungan aku dengan salsa”
Air mata ini mengalir lebih deras,
ngga. Aku ngga mau elang tahu kalau aku menangis. Sekuat mungkin aku menahan
tangisan ini, namun sepertinya tidak bisa. Biarlah, biar air mata ini menjadi
tangisan terakhir bagiku
“tapi
aku bakal lebih menyesal kalau aku tak mengetahui rahasia ini, aku bisa
ngerasain apa yang kamu rasain sen. Sakit saat aku tahu ada orang yang
menyimpan perasaannya buat aku, tapi justru kamu membantu aku untuk mendapatkan
salsa. Dengan setia kamu mendengarkan setiap curhatan bahkan mendukung aku.
Maaf, maafin aku senja”
“kamu
ngga perlu minta maaf lang, cinta itu ngga pernah salah. Dan bukan salah kamu
kalau kamu jatuh cinta pada salsa, karena aku menganggap semuanya adalah
rahasia tuhan. Aku yakin tuhan punya rencana yang lebih indah untukku tapi
bukan saatnya dan bukan kamu orangnya”
“aku
sama salsa ngga ada hubungan apa-apa sen.. dia hanya menganggapku sebagai kakak
begitu pun sebaliknya”
“dan
ini semua karena aku kan?” aku menjawabnya dengan terbata
“ya,
karena kamu….”
“karena
kamu, mata aku jadi terbuka bahwa ada sosok yang tidak pantas untuk
disia-siakan sen”
“aku
sayang kamu senja, apa kamu mau membagi sakit itu dengan aku?”
“aku
memang sayang sama kamu lang, tapi aku ngga mau dikasihani, sampai kamu
merelakan cinta kamu sendiri”
“sekarang
aku Tanya, kapan aku bilang kalau aku jatuh cinta pada salsa? Ngga kan, itu
hanya asumsi kamu aja sen. Ya aku akui aku memang menyukai salsa, tapi hanya
sebatas suka. Dan aku lebih nyaman bersahabat dengannya, karena tanpa ada yang
tahu saat aku dengan salsa aku ga bisa menepis kamu dari fikiran aku. Aku kira
karena kamu salah seorang teman dekatku, tapi bukan. Karena kamu selalu ada
saat aku menutup mata sen, terserah kamu percaya atau ngga. Justru aku juga menutupi
rasa ini karena ngga mau persahabatan kita hancur. Soal salsa, sebenarnya dia
kagum sama kamu sen, dia pengen deket sama kamu bahkan dia punya rencana
nyomblangin aku sama kamu. Tapi dia terlalu takut buat deketin kamu, karena
sifat pendiam kamu yang terlihat jutek”
“soal
kado yang kemarin, kamu bilang kalung cantik itu cocok untuk perempuan secantik
salsa, dan sekarang aku mau bilang kalau kamu ga perlu kalung itu. Karena
kecantikan hati kamu ngalahin semuanya sen”
elang tersenyum manis padaku, aku membalas
senyumannya. Lalu dengan lembut elang menepis sisa air mata.
“masih
berniat buat ngelupain rasa itu?” elang merusak suasana dengan meledekku
“masih,
kalau kamu tetep bersikap kayak gini sama aku. Eh tapi aku ga bakal maafin yak
arena kamu udah lancang baca diary aku. ”
“kalau
aku ngga baca diary itu, aku ga mungkin bisa bilang….. I love you senja”
Elang membisikan kalimat terakhir
tepat di telinga, seketika hati ini berdesir. Apakah ini nyata atau hanya
mimpi?
Belum sempat aku mencari tahu kebenarannya
tanganku kembali ditarik oleh seseorang
“ciee
kak elang sama kak senja” suara salsa terdengar dari belakang. Saat menoleh
aku tak menyangka ternyata semua anggota tim KOMPASS ada di belakang otomatis
mereka mendengar semua perkataan aku dan elang. Belum sempat rasa kagetku
teratasi sebuah suara kembali menimpali
“ah
elu lang, semalem aja lu ledekin gue, eh yang kesengsem beneran ternyata elu.
Udah sen terima aja daripada ntar si elang terjun bebas noh” ucup
memprovokasi keadaan, alhasil……..
“terima!!
Terima!!terimaaaaa!!”
Mereka semua menanti jawabanku, aku
ngga bisa berbuat apa-apa lagi selain
“love
you too langitJ”
Lalu tepuk riuh suara menggema di
puncak bromo, elang menggenggam tanganku erat aku membalasnya dengan senyum
manis. Lalu tiba-tiba salsa memeluku sambil berkata
“selamat
yah kak senja, aku seneng banget”
“makasih
salsa” ucapku membalas pelukannya
Kami berpelukan cukup lama, tak
hentinya elang menebarkan senyuman termanisnya menurutku. Tiba-tiba ada
seseorang yang kembali bertanya
“sebenarnya
yang nembak tuh elang atau lagit sih? Sumpah gue ga ngerti”
Tak
ada satu pun orang yang menjawab, tapi dengan serempak semua orang tertawa dan
setengah berteriak “Elang langit Abimanyu Uccuuuuuppppp”
***
Dear boci
Boci ku sayang, maaf ya aku baru bisa ketemu kamu lagi J
Mau ngomong apa ya, jujur aku bingung. Aku masih ga nyangka dengan
semua yang terjadi. Elang tahu aku menyukainya, dan aku tak pernah bertepuk
sebelah tangan ci. Mungkin hanya waktu saja, semua yang kita jalani dalam hidup
itu butuh proses.tuhan tidak pernah tidur ci, dia selalu ada untuk kita, dia
selalu melihat kita, dia selalu mendengar doa kita. Aku selalu yakin, tuhan
menjadikan sesuatu itu indahpada waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar