you will when you believe {}



Jumat, 22 Maret 2013

cerpen udah lama dan agak alay -,- tapi semoga bisa diterima bagi yang baca (jgn lupa kritik sarannya). nge-post cerpen ini ga ada maksud lain cuma beranikan diri menampilkan karya sendiri :D

LOVE in BROMO
Aku menyayangimu dulu, kemarin dan sampai detik ini. Tapi sepertinya ini tidak bisa dilanjutkan, karna aku tahu semuanya hanya sia-sia. Cinta diam-diam ini biarlah kusimpan sendiri. Kamu orang yang pernah kuukir namanya di hati, nama yang selalu aku titipkan dalam setiap lantunan doaku. Kamu Langit yang tak pernah bisa ku gapai, kamu ……

“Senjaaaaaaaa…….” Suara lantang milik bian sahabatku, cukup mengusik konsentrasiku  pada boci diary kesayanganku
“apa sih, kaget tahu” balasku jutek
“sen………………….” Ucapnya dengan perlahan
“apa Bianca? Dari tadi kamu manggil namaku terus, terlalu baguskah nama itu? hehe” aku terkekeh melihat ekspresi bian yang innocent itu
“pede banget! Mata lo merah tuh, udah deh kalau udah ada si boci pasti gue dianggurin ”
Bianca Marisa atau bian, dia sahabat baikku tepatnya kami bersahabat sejakpertama masuk SMU Sejahtera, persahabatan  antara aku dan bian bisa dibilang baru seumur jagung, tapi aku sangat nyaman berteman baik dengan nya. Dia sosok yang baik, periang, pengerian  dan blak-blakan. Dan bian itu, sstt dia naksir abangku Fajar. Tanpa sungkan bian pernah menyatakan rasa sukanya, tapi bukan berarti nembak loh, dia hanya ingin jujur dengan hatinya. Alhasil 1 bulan yang lalu bian dan kak fajar jadian, yah awalnya memang bian yang secara blak-blakan menyatakan rasa suka. Tapi usut punya usut kak fajar pun memiliki rasa yang sama, hanya saja ia sedang menunggu waktu yang tepat saja untuk menyatakan. Yah Bianca memang orang yang beruntung,dia punya kak fajar sebagai kekasihnya dan tentunya dia punya aku sebagai sahabat dan calon adik iparnya. hehe
ih sensi banget sih lagi berantem yah? Hehe” candaku
“ga usah ngalingin pembicaraan deh, kebiasaan” ucapnya sinis
“bi…… aku udah ngambil keputusan. Aku mau berhenti, aku cape pura-pura tegar bi. Sementara dia ngeharepin orang lain”
“jadi lo ga mau dengerin saran gue? Senja sayang denger ya, kalau cinta ya bilang aja cinta masalah dia bales cinta lo itu urusan belakangan. Inget lo ngga boleh egois sama hati lo sendiri”
“aku ngga egois, tapi aku Cuma mau mengalah”
“cinta itu ngga ada yang kalah”
“tapi kamu itu ngga pernah ngerasain posisi aku kan?
“iya gue emang ga pernah ada di posisi lo, tapi buat hati lo gue ngerasain banget sakitnya kayak gimana”
Aku hanya bisa menghela nafas panjang seraya membereskan semua barang-barang dan bersiap untuk pulang, tak kuhiraukan perkataan bian karena akan bertambah panjang bila di teruskan.
“yaudah deh terserah lo, gue tunggu di luar. Kita jadi ke rumah lo kan hari ini?
Aku mengangguk menandakan persetujuan , kalau sudah begini bian memang selalu mengalah dia tahu sifat keras kepalaku. Dia memilih membiarkan aku sendiri dripada harus berdebat denganku. Satu hal yang tidak pernah kompak antara aku dan bian, yaitu CINTA. Sepeninggal bian, aku menyeka air mata pelan, lalu kembali membereskan barang dan beranjak dari kelas menuju gerbang sekolah. Namun saat melewati koridor tak sengaja aku berpapasan dengan Elang
“hei sen, sendiri aja. Bian mana?”
“eh el, iya tadi bian udah duluan ke depan” jawabku sedikit gugup
“mmhh lo ada acara hari ini? Gue Cuma mau ngajak rapat rutin aja sih buat ivent minggu depan”
“iya el aku hari ini ada janji sama bian. Jadi ga bisa ikut, tapi aku udah ijin kok”
“oh yaudah deh tapi minggu depan lo ikut kan?”
“sejak kapan aku absen muncak sama anak-anak? Aku tersenyum simpul padanya
“hehe, oke deh kalau gitu. Sampe ketemu minggu depan. Gue duluan yah, si bian dari tadi melototin kita terus tuh” ucapnya sambil berlalu
Aku tersenyum sesaat dan membalikan badan menuju tempat dimana bian berdiri dengan tatapan mautnya. Tapi saat langkah ini baru beberapa meter
“hei tunggu!” aku tersentak, itu kan suara elang,’ ada apa lagi?’batinku lalu sentakan yang kedua terjadi amat keras saat aku menoleh. Elang tidak memanggilku, ia memanggil Salsa adik kelas yang juga mengikuti ekskul yang sama denganku dan elang. Lebih tepatnya salsa adalah orang yang diincar elang.aku hanya tersenyum kecut lalu kembali membalikan badanmenuju tujuan awal
“harusnya tadi lo ngga nengok” sapaan bian saat aku sampai di hadapannya. Aku tak menjawab, hanya diam dan mengatkan bahu seolah tak peduli
Kalian pasti bertanya-tanya siapa elang? Dia salah satu teman dekat, kita sama-sama aktif di klub KOMPASS(Komunitas Pecinta alam SMA Sejahtera). Sebenarnya sejak SMP aku sudah mengenal dia, tapi baru di bangku SMA dan klub kita bisa kenal dan dekat satu sama lain sebagai teman. Dan salsa adik kelas kami, ia memang terkenal dekat dengan elang dapat banyak yang menyangka mereka berpacaran. Mungkin dalam hal ini aku yang paling tahu, karena secara khusus tentang masalah ini elang selalu curhat padaku. Menurutnya aku orang yang enak diajak bicara, wlaupun dari luar aku terlihat pendiam. Aku cukup senang dia bisa mempercayaiku sebagai teman curhatnya. Ya, aku cukup bahagia karena itu. Oya satu hal lagi, dia memiliki nama lengkap elang langit Abimanyu, iya dia adalah langit………
***
Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, hari sabtu sore dimana rencana pendakian ke gunung Bromo akan dimulai. Aku bersiap-siap dengan mengecek semua keperluan yang akan dibawa, bian dan kak fajar ikut mengantar ke basecamp klub KOMPAS. Dari kejauhan aku melihat elang, dia sibuk memindahkan barang-barang yang akan dibawa ke dalam bus. Elang tak sendiri, ada salsa di sampingnya. Aku segera menolehkan pandangan ke tempat lain, yang ku temukan adalah tatapan tajam bian lalu aku membalasnya dengan senyum singkat. Perjalanan akan segera di mulai, aku segera berkemas dan berpamitan dengan bian dan kak fajar. Tapi ada yang aneh terlihat dari raut muka kak fajar, entahlah aku tidak bisa mengartikan itu.
Perjalan pun dimulai aku mengehempaskan tubuh di kursi tengah dari bus yang kami sewa untuk mengantarkan perjalanan kami dari Surabaya menuju Malang.  Aku sengaja mengambil bangku di pinngir jendela paling tidak aku bisa mengalihkan pandangan dari bangku paling depan yang ditempati elang dan salsa. Sementara aku satu tempat dengan Mira, baru saja aku menikmati pemandangan luar,sebuah suara yang sudh taka sing lagi menhentikan lamunanku
“ehm, mir bisa ga kita tukeran tempat dulu? Ada yang mau gue omongin sama senja” ucapnya pada mira yang hamper terlelap tidur
“duh, ganggu banget si, bar aja gue mau tidur” mira membalas dengan nada ketus
“ya sori tapi seriusan gue ada perlu dan ini penting banget, Cuma 10 menit kok janji” elang berusaha memohon sambil mengankat dua jarinya. Dalam hati aku tersenyum kadang elang terlihat jutek, cuek. Kadang juga terlihat lucu dan konyol seperti saat ini.
“gue pastiin deh tidur di bagku depan lebih enak dibanding disini, lo ga liat apa di belakang lo tuh serigala semua asli deh lo bakal terganggu sama suara dengkuran mereka” lagi-lagi eang berusaha meyakinkan mira dengan ekspresi yang kali ini membuat senyumku benar-benar mengembang
“iya, iya gue pindah tapi awas lo yah Cuma 10menit. Soalnya gue udah pewe disini, peduli amat mau ada serigala atau gorilla juga”
“oke santai, thanks mir “ ucap elang dengan cengiran khasnya
“gue ke depan dulu ya sen “ mira berkata sambil berlalu menuju bangku depan
“oh oke. Sorry ya mir” aku membalas ucapan mira yang berlalu begitu saja dan tanpa basa-basi elang kini duduk di sebelahku
“hah akhirnya gue dapetin juga hehe”
“dapetin apa? Lain kali kalau mau tukeran tempat duduk liat situasi dulu. Kamu sih, mira lagi tidur tiba-tiba disuruh pindah gitu aja.Siapa yang engga kesel coba,  pasti dongkol banget tuh hatinya mira”
“ternyata lo cerewet juga ya sen, gue kira elo orang yang pendiem akut”
Reflex aku memandang ke arah elang yang tengah memandangku, ups tak sengaja kami berpandangan hanay beberapa detik lalu
“oya? Orang pendiem bukan berarti ga boleh ngomong panjang lebar kan” ujarku terbata sambil mengalihkan pandangan keluar jendela. Ya tuhan bantu aku, rasanya jantung ini berdetak terlalu kencang. Semoga elang tidak mendengar bunyi detakan ini. Aku salah tingkah seketika elang memandangku tadi ditambah omelanku tadi yang benar-benar di luar dugaan mengalir begitu saja dari mulutku.
“yaudah lupain aja, yang penting sekarang aku udah berhasil disini bukan” ujarnya kembali tersenyum
“I..iya..hmm tadi katanya ada yang mau diomongn penting, ada apa?” aku membalas senyuman sambil dengan sekuat tenaga menahan gejolak yang tak terkendali ini
“gue punya ini” elang berkata sambil mengeluarkan seuntai kalung perak yang cantik dengan liontin huruf ‘S’. sejenak aku terpaku memandangi kalung itu, hatiku makin bergemuruh seraya bertanya dalam hati ‘akankah elang memberikan kalung inisial S itu untukku tapi ada anginapa elang memberikan kalung itu untuk aku?’
“eh kok bengong sih, gimana bagus ngga? Kalo elo suka ngga?” tanyanya lagi
“bagus kok, aku suka lang”
“kalo lo suka pasti salsa juga suka, hah aku bingung pilih kado buat cewe seleranya itu kan beda-beda”
“salsa?” aku bertanya bingung
“oh iya lupa! Besok salsa ulang tahun sen, dan gue bingung mau kasih kado apa. Rencananya minggu kemarin selesai rapat aku mau minta temenin beli kado, tapi kamu malah ga bisa. Jadi terpaksa aku beli sendiri, meskipun agak ragu-ragu sih”
Aku terpaku mendengar ucapan elang. Tiba-tiba saja aku merasa hancur seketika, terlalu naïfkah aku menyangka elang akan memberikan  kalung itu untukku. Andai saja tadi aku tidak membiarkan elang duduk disini dan menolak ajakan elang untuk berbicara dalam waktu 10menit yang menyakitkan ini. Seolah mendukung suasana hatiku, dvd player yang sejak tadi menyala dan  mengkidungkan lagu-lagu band ternama kini memutar sebuah lagu dari band Samson yang berjudul  ‘LULUH’. Sungguh terlalu mendramatisir suasana tapi ini nyata terjadi padaku saat ini. Sekuat hati aku menahan bulir air mata yang hampir jatuh, setelah merasa kuat aku mendongakan kepala menatap orang yang kini tengah tersenyum manis untuk mendengarkan jawabanku.
bagus kok, kalung yang cantik untuk orang secantik salsa” jawabku sambil tersenyum, senyum yang amat dipaksakan, entah elang merasakannya atau tidak karena aku tidak peduli lagi yang kuharap semoga elang bisa cepat-cepat berlalu dari sini
“thank’s, kamu benar kalung cantik ini cocok untuk seorang salsa yang cantik” elang membalas dengan tersenyum sambil menggenggam erat kalung berinisial S itu
Aku tak mengerti, mengapa hanya seuntai kalung itu bisa membuat pertahananku runtuh. Aku bersusah payah membuang rasa ini. Lalu dia datang menunjukan kalung itu,membuat daya khayalku semakin tinggi bahwa elang pun menyukaiku dan cinta ini akan menemukan pelabuhannya. Tapi dunia nyata tak seindah mimpi aku harus sadar itu. Kalau aku bisa memilih, aku tak ingin jatuh cinta jika rasanya seperti ini, menyakitkan bila cinta hanya bertepuk sebelah tangan. Tapi siapa yang akan sangka? Bahkan bila ada yang bertanya sejak kapan aku mencintaimu, aku tak bisa menjawabnya karena urusan hati tidak pernah direncanakan bukan? Kita tidak pernah tahu kapan dan kepada siapa sesuatu yang dinamakan cinta ini terjadi. Bian selalu berkata, jodoh memang urusan tuhan. Tapi kalau kita hanya berdiam saja apakah cinta akan dating dengan sendirinya? Tidak, kita pun harus berusaha untuk mendapatkan jodoh itu, usaha yang berdasarkan ridhoNya. Tapi menurutku tidak seperti itu, justru cinta diam-diam ini lebih baik karena dengan begitu kita memiliki kekuatan untuk menyimpan perasaan, kita perlu memahami apa yang sebenarnya dirasakan. Karena cinta tidak dating secara tiba-tiba, bisa jadi itu hanya perasaan sesaat.
Lama kami terdiam, aku berusaha mencairkan suasana dan mengusir elang secara halus dari hadapanku
“hmm, kayaknya udah lebih dari 10 menit. Awas jangan sampai mira marah lagi loh”
“mira ga bakalan marah kalau dia ngga keganggu, justru kalau sekarang aku beranjak dari sini dan mebangunkannya untuk berpindah tempat lagi apa dia ga bakal terganggu? Keliatannya dia lagi nyaman tidur lelap disana”
“ya udah terserah tapi aku ga bakal tanggung jawab ya kalau nati ada apa-apa”
“nyantai aja, kamu kenapa sih kayaknya ga suka aku disini?” aku tersentak mendengar pertanyaan elang
“ng..ngga kok, cumaa…”
“hooaaamm, ngantuk nih kayaknya lumayan kalau aku tidur sekarang lagian masih setengah perjalanan lagi. Ga apa-apa kan kalau aku tidur disini?”
“iya ga apa-apa, asal jangan mendengkur aja yah” aku berusaha mencairkan suasana yang sepertinya memanas dengan gurauan dan seulas senyum.
Elang hanya membalas dengan senyuman, lalu perlahan-lahan mata bulat nan jernih itu tertutup. Aku menunggu, menunggu agar matanya tertutup sempurna, memastikan dia tertidur lelap. Dan suara dengkuran halusnya, membuatku lega. Dengan perlahan aku membuka ransel  kesayangan berwarna orens, dan mengambil sesuatu yang sedari tadi aku tahan. Aku mengeluarkan si boci, bersiap untuk menumpahkan semua yang terjadi hari ini padanya. Hanya untuk berbagi lara aku meluapkannya pada boci atau bian, tapi apa daya bian tak disini hanya boci satu-satunya. Meskipun ada yang lebih pasti, tapi belum saatnya, aku butuh keheningan dan ketenangan untuk menumpahkan semua pada penciptaku, pada seorang yang memberiku cinta dan dengan cintaNYA lah aku terlahir di dunia ini.
Dear boci, aku ngga tau harus bilang apa. Rasanya mulut ini terkunci, padahal hati ini bergejolak ingin menumpahkan semuanya. Aku gagal ci, aku gagal dengan misi yang aku buat sendiri. Kamu ingat kan satu minggu yang lalu aku berjanji pada diri sendiri untuk menyudahi semuanya. Untuk melupakan langit, melupakan segala yang terjadi antara aku dengan dia. nyatanya aku ngga bisa, aku malah kembali terjatuh. Aku ngga pernah ngerti rasa ini, kadang membuat aku melayang tinggi kadang juga membuat terjatuh begitu dalamnya. Tapi Melihatnya tertidur pulas di depanku, seketika sakit yang aku rasakan perlahan sirna. Wajahnya begitu damai seperti malaikat kecil. Tuhan aku memang ingin melupakannya, tapi ijinkan 1menit saja aku memandangi wajahnya. Hanya satu menit . . .
***
“akhirnya kita sampai guys, bromo I’m commingggggg” teriak rangga sang ketua kegiatan
“ayo sen, jangan bengong terus, lagi apa sih?”
“ngga, Cuma nyari sesuatu aja” tergesa-gesa aku merogoh tas ransel mencari sesuatu, rupanya pendakian akan segera dimulai. Lalu para anggota KOMPASS berkumpul untuk melaksanakan absensi dan berdoa bersama. Dengan badan lunglai aku pun ikut berabung dengan yang lain, namun sesuatu itu masih berkecamuk di hati
“Senja Kirana? Senja kirana ada?” ucap salah seorang anggota
“sst senja, nama lo dipanggil tuh” mira menyenggol lenganku halus
“eh iya ka, hadir”
“kamu sakit?  jangan ngelamun. Inget kita akan melakukan perjalanan jangan sampai nanti terjadi hal yang tidak diinginkan”
“ngga ka,iya ka saya ngga apa-apa kok” ujarku meyakinkan
Tanpa disadari di pojok sana ada sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik senja. Sesi absen pun selesai dilanjutkan dengan doa bersama. Lalu bersamaan dengan terbenamnya matahari di barat pendakian gunung bromo dimulai, sesaat sebelum perjalanan senja tersenyum pada langit yang memancarkan keindahan alam dengan semburat warna orange membentang luas menandakan siang selang berganti malam

“kuat senja kuat…………” aku terus berdoa dalam hati, tak kuasa rasanya melihat pemandangan di depanku. Siapa lagi kalau bukan elang dan salsa, kalau di piker-pikir apa hak aku buat sensi sama mereka. Aku kan memang bukan siapa-siapa, lalu salsa? Dia sama sekali tidak patut disalahkan. Tak kuasa rasanya membayangkan saat elang memberikan surprise ulang tahun salsa tengah malam nanti. Karena memikirkan hal  itu hampir saja aku jatuh, untungnya ada ucup yang berbadan besar. Jadi saat jatuh dengan sigap dia menopang tubuhku. Thank’s cup, kalo ga ada kamu aku gatau nasib apa yang bakal menimpaku. Entah siapa yang memulai, semua anggota yang mengikuti pendakian itu menggoda aku dan ucup.
“cieee ucup senjaaaa, cinta bersemi di lereng bromo nih, hahaha”
“wah pas banget lagi si ucup nangkepnya, kalian emang cocok nih”
“wah kak senja, untung yah ada kak ucup. Kak ucup memang superhero buat kak senja”
Komentar yang paling tidak aku inginkan keluar dari mulut salsa. Saat menoleh kea rah salsa, tak sengaja mataku bertemu dengan mata elang. Kami bertatapan sesaat, aku membuang muka seketika dia tersenyum. Ada perasaan tidak enak yang melanda hati. Benar sajatak lama elang berseru ikut menggoda
“udah ayo lanjutin, puncak bromo sudah menanti untuk pernyataan cinta tuh. Hahaha” teriak elang yang langsung disambut gelak tawa semua orang yang ada disitu. Aku bisa merasakan semburat merah kini menyelimuti pipi. Bukan, bukan karena malu terhadap ucup. Tapi lebih kepada ucapan elang barusan. Sebenarnya apa yang elang maksud, menyindir aku dan ucup atau mebicarakan niatnya sendiri pada salsa. Entahlah, aku sudah lelah untuk selalu menerka-nerka apa yang akan terjadi nanti.
Puncak bromo kini sudah di depan mata jam tanganku menunjukan pukul 04.00 pagi, setelah sempat beristirahat sejenak kami bersiap untuk melanjutkan perjuangan yang tinggal selangkah lagi. Aku melirik ke arah elang yang tengah bersenda gurau dengan salsa meskipun keadaan sekitar masih gelap tapi tampak jelas kilauan dari kalung berinisial ‘S’ yang dikenakan Salsa. Terbesit akan sesuatu yang terjadi tengah malam tadi disaat tim memutuskan beristirahat dan keduanya menghilang begitu saja, mungkin status mereka kini sudah jelas.
“sudah saatnya kamu benar-benar pergi dari sini” bisikku seraya merapatkan tangan di dada
“ayo semuanya bersiap puncak bromo sudah di depan mata tinggal kita genggam dan menorehkan sejarah di dalamnya. Siap??” teriak rangga sang ketua
“SIAP” teriakan lantang dari semua anggota semangatnya kini membara karena perjalanan yang melelahkan kini saatnya meraup kembali kekuatan dengan berdiri tegak di puncak bromo yang menawarkan sejuta pesona alam
Sesampainya di puncak gunung bromo, semuanya terdiam takjub akan kekuasaan tuhan melalui ciptaanNya. Jujur aku baru pertama kali mendaki ke gunung bromo, bahkan yang sudah sering pun tetap tak bisa mengenyahkan keindahan Sunrise serta hamparan lautan pasir luas dan pemandangan latar belakang yang indah yakni gunung Semeru, gunung Bromo dan Gunung Batok. Dari ketinggian 2.392 m di atas permukaan laut, kita bisa melihat kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap. Sungguh aku hanya bisa terpaku, segala resah hati dan peluh pun seketika luruh begitu melihat panorama alam di depanku ini. Sejenak aku memejamkan mata menikmati udara sejuk yang menusuk tulang, mencoba merilekskan fikiran.  Setelah cukup lama sibuk dengan ketakjuban masing-masing, kami kembali berkumpul melaksanakan doa bersama bersyukur atas nikmat dan perlindungan yang telah tuhan berikan. Kami mengumpulkan bahan perbekalan untuk disantap sebagai pengganjal perut. Pendakian kali ini memang tidak dikhususkan untuk kegiatan penting, hanya ivent yang diadakan 3 bulan sekali sekedar pelepas penat dalam kegiatan sekolah dan berlibur bersama di gunung. Karena itu kegiatan selanjutnya digunakan untuk berbagai aktifitas masing-masing, ada yang berfoto, ada yang menikmati keindahan panorama gunung bromo , ada yang saling bersenda gurau. Dan ada pula yang bernyanyi bersama diiringi petikan gitar oleh elang. Mau tak mau aku yang tengah asik menikmati keindahan dan sesekali menyeruput secangkir teh hangat tak bisa menepis pandangan dari kelompok yang terakhir. Tapi secara tak sengaja mataku dan mata elang bertemu, hanya 5detik kami bertatapan setelah itu aku membuang muka, entah kenapa terasa ada sesuatu yang tak biasa dari sorot matanya.
mentari pagi sampaikan padanya aku ingin melukis sinarmu di hatinya
embun pagi katakaanpadanya biar ku dekap erat waktu dingin membelenggunya”
senandung lagu rindu dari petikan gitar yang di susul suara merdu elang membuatku tersentak, lagu itu…lagu itu kan…
aku tak punya daya untuk menoleh kea rah elang, tapi ini sangat mengganggu. Lalu akuputuskan untuk beranjak agak dan pergi dari tempat tadiaku berjalan kea rah tepi, merapatkan kembali jaket yang ku kenakan. Hawa yang sangat dingin, tapi terasa panas. Terdengar alunan lagu berhenti dan sesosok pria yang belakangan ini mengganggu keadaan hati berdiri di sampingku.
“kok ada disini? Suara aku jelek ya, sampe kamu ngehindar”
“hah apa??” aku sangat kaget begitu mengetahui elang kini di sampingku
“eh sory, ngga kok. Bagus lagi, cocok nyanyi lagu itu”
“gak kalah sama suara Sammy kan? Hehe”
“jauh kali, hehe”
Lalu kami terdiam, dalam keadaan seperti ini sangat tidak mengenakan. Tanpa berkata aku beranjak, tapi tangan itu menggenggam lembut tanganku. Tangan elang?
“tunggu, doyan banget ngehindar sih?”
“siapa yang ngehindar, aku haus pengen minum”
“bohong”
“apa?” aku tak mengerti kenapa elang berubah seperti ini
“minggu lalu, saat aku mencari sesorang aku bertemu bian. Matanya terlihat tajam ke arahku. Aku ngga ngerti, tapi dia sempet bilang sesuatu”
DEG! Rasanya jantungku berhenti seketika saat elang berkata seperti itu, keterkejutan lainnya saat ini elang berada di hadapanku berkata sangat lembut tanpa kata gue/elo yang biasadia ucapkan
“maksud kamu?” aku bertanya hati-hati padanya
“bian bilang, aku harus ngehindar dari seseorang. Sumpah aku bener-bener ga ngerti apa yang diomongin bian. Lalu aku mulai nyari dia, pas ketemu ada yang berbeda tepatnya mata itu yang terlihat basah dan merah. Setelah itu kamu berlalu, dan aku ketemu salsa. Saat itu aku menceritakan semuanya pada salsa, lalu jawaban yang aku dapat sangat mencengangkan. Aku masih ngga bisa percaya orang yang selama ini aku anggap sebagai teman baik ternyata…”
“maaf lang, maafin aku kalau yang kamu maksud itu aku” aku memotong omongan elang, tak tahan lagi mendengarkan apa yang akan dia bicarakan
“setiap hari aku memperhatikan gerak geriknya, sampai pada seminggu berikutnya. Aku bertemu kak fajar, lalu aku kembali bertanya. Tapi dia hanya menjawab kalau aku pengen tahu apa yang sebenarnya terjadi cukup aku melihat matanya saat dia berbicara lihat dan rasakan apa yang dia rasakan melalui bola matanya. Karena hanya dua hal yang tidak bisa bohong, yaitu mata dan hati” elang meneruskan perkataannya tanpa menghiraukan sanggahanku
“rasa penasaran semakin tinggi, hingga akhirnya aku memberanikan diri mendekat dan berusaha mencari kebenarannya. Aku bercengkerama dengan dia, awalnya yang kulihat binar mata yang cantik, tapi detik berikutnya mata itu terlihat sendu. Ada kekecewaan, kesedihan, dan upaya yang sangat kuat agar butir air mata yang tersembunyi itu tidak menetes. Tapi aku tetap ga bisa mengartikannya. Dia kembali mengelak dan menghindar, sampai aku berusaha memberi waktu untuknya, aku sengaja tidur di sampingnya untuk bisa merasakan apa yang tengah ia rasakan. Sampai akhirnya bus berhenti, lalu dengan tergesa ia keluar mungkin tanpa ia sadari buku kecil bersampul biru laut itu terjatuh tepat di hadapan aku”
Jadi, diary itu ada di tangan elang??? Aku terus bertanya dalam hati
“mungkin aku lancang, tapi kalau aku tidak melakukan hal itu aku ga akan pernah tahu apa yang dia rasakan. Yang selama ini dipendamnya, karena ia terlalu pintar menutup rahasia hatinya. Dan…”
“elang stop, aku ngga mau ngedenger lagi. Kamu keterlaluan karena lancang membuka diary itu”
“oke untuk hal ini aku minta maaf.. tapi…”
“udahlah lupain aja lang, anggap itu ga pernah terjadi. Dan maaf kalau perasaan aku ini menganggu kamu……dan salsa” tak kuasa lagi menahan air mata ini mengalir begitu saja
“kamu emang udah ngengganggu hubungan aku dengan salsa”
Air mata ini mengalir lebih deras, ngga. Aku ngga mau elang tahu kalau aku menangis. Sekuat mungkin aku menahan tangisan ini, namun sepertinya tidak bisa. Biarlah, biar air mata ini menjadi tangisan terakhir bagiku
“tapi aku bakal lebih menyesal kalau aku tak mengetahui rahasia ini, aku bisa ngerasain apa yang kamu rasain sen. Sakit saat aku tahu ada orang yang menyimpan perasaannya buat aku, tapi justru kamu membantu aku untuk mendapatkan salsa. Dengan setia kamu mendengarkan setiap curhatan bahkan mendukung aku. Maaf, maafin aku senja”
“kamu ngga perlu minta maaf lang, cinta itu ngga pernah salah. Dan bukan salah kamu kalau kamu jatuh cinta pada salsa, karena aku menganggap semuanya adalah rahasia tuhan. Aku yakin tuhan punya rencana yang lebih indah untukku tapi bukan saatnya dan bukan kamu orangnya”
“aku sama salsa ngga ada hubungan apa-apa sen.. dia hanya menganggapku sebagai kakak begitu pun sebaliknya”
“dan ini semua karena aku kan?” aku menjawabnya dengan terbata
“ya, karena kamu….”
“karena kamu, mata aku jadi terbuka bahwa ada sosok yang tidak pantas untuk disia-siakan sen”
“aku sayang kamu senja, apa kamu mau membagi sakit itu dengan aku?”
“aku memang sayang sama kamu lang, tapi aku ngga mau dikasihani, sampai kamu merelakan cinta kamu sendiri”
“sekarang aku Tanya, kapan aku bilang kalau aku jatuh cinta pada salsa? Ngga kan, itu hanya asumsi kamu aja sen. Ya aku akui aku memang menyukai salsa, tapi hanya sebatas suka. Dan aku lebih nyaman bersahabat dengannya, karena tanpa ada yang tahu saat aku dengan salsa aku ga bisa menepis kamu dari fikiran aku. Aku kira karena kamu salah seorang teman dekatku, tapi bukan. Karena kamu selalu ada saat aku menutup mata sen, terserah kamu percaya atau ngga. Justru aku juga menutupi rasa ini karena ngga mau persahabatan kita hancur. Soal salsa, sebenarnya dia kagum sama kamu sen, dia pengen deket sama kamu bahkan dia punya rencana nyomblangin aku sama kamu. Tapi dia terlalu takut buat deketin kamu, karena sifat pendiam kamu yang terlihat jutek”
“soal kado yang kemarin, kamu bilang kalung cantik itu cocok untuk perempuan secantik salsa, dan sekarang aku mau bilang kalau kamu ga perlu kalung itu. Karena kecantikan hati kamu ngalahin semuanya sen”
elang tersenyum manis padaku, aku membalas senyumannya. Lalu dengan lembut elang menepis sisa air mata.
“masih berniat buat ngelupain rasa itu?” elang merusak suasana dengan meledekku
“masih, kalau kamu tetep bersikap kayak gini sama aku. Eh tapi aku ga bakal maafin yak arena kamu udah lancang baca diary aku. ”
“kalau aku ngga baca diary itu, aku ga mungkin bisa bilang….. I love you senja”
Elang membisikan kalimat terakhir tepat di telinga, seketika hati ini berdesir. Apakah ini nyata atau hanya mimpi?
Belum sempat aku mencari tahu kebenarannya tanganku kembali ditarik oleh seseorang
“ciee kak elang sama kak senja” suara salsa terdengar dari belakang. Saat menoleh aku tak menyangka ternyata semua anggota tim KOMPASS ada di belakang otomatis mereka mendengar semua perkataan aku dan elang. Belum sempat rasa kagetku teratasi sebuah suara kembali menimpali
“ah elu lang, semalem aja lu ledekin gue, eh yang kesengsem beneran ternyata elu. Udah sen terima aja daripada ntar si elang terjun bebas noh” ucup memprovokasi keadaan, alhasil……..
“terima!! Terima!!terimaaaaa!!”
Mereka semua menanti jawabanku, aku ngga bisa berbuat apa-apa lagi selain
“love you too langitJ
Lalu tepuk riuh suara menggema di puncak bromo, elang menggenggam tanganku erat aku membalasnya dengan senyum manis. Lalu tiba-tiba salsa memeluku sambil berkata
“selamat yah kak senja, aku seneng banget”
“makasih salsa” ucapku membalas pelukannya
Kami berpelukan cukup lama, tak hentinya elang menebarkan senyuman termanisnya menurutku. Tiba-tiba ada seseorang yang kembali bertanya
“sebenarnya yang nembak tuh elang atau lagit sih? Sumpah gue ga ngerti”
Tak ada satu pun orang yang menjawab, tapi dengan serempak semua orang tertawa dan setengah berteriak “Elang langit Abimanyu Uccuuuuuppppp”
***





Dear boci
Boci ku sayang, maaf ya aku baru bisa ketemu kamu lagi J
Mau ngomong apa ya, jujur aku bingung. Aku masih ga nyangka dengan semua yang terjadi. Elang tahu aku menyukainya, dan aku tak pernah bertepuk sebelah tangan ci. Mungkin hanya waktu saja, semua yang kita jalani dalam hidup itu butuh proses.tuhan tidak pernah tidur ci, dia selalu ada untuk kita, dia selalu melihat kita, dia selalu mendengar doa kita. Aku selalu yakin, tuhan menjadikan sesuatu itu indahpada waktunya.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar